Thursday, August 20, 2015

Ciri-ciri Makanan yang Tidak Sehat di Kurang Lebih Kita

Ciri-ciri Makanan yang Tidak Sehat di Kurang Lebih Kita

 Kita sering menemui beraneka ragam jajanan yang kayaknya enak dan mampu mengenyangkan perut di lingkungan kita. Tapi kita tak jarang sekali tidak memperhatikan bahan-bahan maupun kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut.
 Padahal bisa jadi bila jajanan yang kita mengkonsumsi tersebut mengandung bahan yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil atau zat pengawet.
secara turun temurun, sebetulnya masyarakat kita sudah terbiasa memakai beragam macam bahan tambahan alami buat kezia skin expert mengawetkan atau menambah warna pada makanan. Misalnya buat nasi kuning, biasanya dipakai kunyit, sedangkan untuk mengawetkan, dipakai garam.
kezia skin expert

Namun dalam perkembangannya, bahan alami ini sering digantikan bahan kimia karena lebih murah. dan lebih tidak jarang bahan kimia yang ditambahkan yaitu bahan yang berbahaya, yang seharusnya tidak dimanfaatkan untuk makanan. Contohnya penggunaan pewarna tekstil pada kue-kue yang dijual pada pasar tradisional sehingga kue-kue kelihatan memiliki warna yang menarik.
Terhadap 2010, Kepala Seksi Bimbingan Bisnis Perdangan Instansi Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Yogyakarta menemukan bahwa dari 19 sampel pedagang makanan di di Pasar Tengah Tengah Malam Perayaan Sekaten, Yogyakarta, yang dikirimkan ke Balai Agung Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta, empat diantaranya terbukti mengandung zat berbahaya Rhodamine B (pewarna pakaian) pada arum manis merah, berondong beras, dan kolang- kaling dan formalin (pengawet jenazah) pada mi basah.
 Kasus yg lain, dari hasil penelusuran tim wartawan dari satu buah majalah di Indonesia, ternyata bahan baku pembuat siomay di beberapa tempat di Jakarta bukanlah ikan tenggiri melainkan ikan sapu-sapu yang hidup di muara-muara sungai Jakarta yang sudah tercemar logam berat seperti tembaga.Dilihat dari segi harga, ikan sapu-sapu tersebut memang lebih murah harganya, namun tetaplah bahan makanan yang berbahaya kalau di konsumsi manusia.
 Sementara itu kasus terkini yang muncul pada tak sedikit alat terkait bersama bahan berbahaya dalam bahan makanan atau minuman yakni temuan dari tim IPB yang menyebut 13,5% dari 74 susu formula yang diteliti di beberapa pusat perbelanjaan, menunjukkan kandungan bakteri berbahaya E. Sakazakii. Padahal susu formula yang dijual di pusat perbelanjaan sudah lolos dalam kualitas mutu kesehatan.
 Kasus pencemaran di susu formula tersebut dimungkinkan pencemaran terjadi kala dalam proses pendistribusian barang atau kurang perhatian dan kehati-hatian para distributor atau retail dalam melihat batas kadaluarsa makanan atau minuman. Pengaturan bahan makanan dan minuman yang akan dijual di distributor atau retail serasi dengan mutu kesehatan lebih gampang dilakukan, namun macam mana dengan bahan makanan dan minuman yang dijual di pasar?
 Adanya kasus bahan makanan yang memanfaatkan formalin seperti ikan asin dan ayam potong, membuat kita harus mulai sejak sejak bertindak yang merupakan kastemer yang cerdas. Bahwa sebelum membeli kita harus periksa bahan makanan atau minuman yang dijual dengan teliti. Kita harus mengerti bahwa ciri-ciri bahan makanan yang berformalin yaitu kenyal, tidak dihinggapi lalat, berbau formalin menyengat dan tahan tatkala 3 hari dalam suhu kamar.
Banyaknya kasus-kasus bahan berbahaya dalam makanan kita, maka semestinya kita sudah harus mulai sejak sejak peduli terhadap bahan makanan atau minuman pula jajanan yang dijual di sekitar kita. Kita juga harus memerhatikan kemasan bahan makanan atau minuman yang dijual, selain terlihat bersih lantaran dilapisi plastik atau di tempatkan di wadah yang tertutup dari debu, namun serta kita harus sejak mulai memperhatikan bahan yang dikandungnya seperti kasus siomay tadi pula kritis terhadap proses pelaksanaan dan pengemasan akhirnya.
Contoh tidak sehat dalam proses pengerjaan misalnya terhadap jajanan gorengan yang memanfaatkan minyak goreng berkali-kali kepada proses menggorengnya, atau penggunaan bahan tekstil buat sosis atau minuman sirup yang biasa dijual di sekitar sekolah-sekolah.
Kemudian pada pengemasannya, misalnya dengan menggunakan styrofoam yang mengandung bahan berbahaya waktu dipanaskan. Tak Cuma berbahaya bagi kesehatan, juga berbahaya bagi lingkungan tentunya sebab styrofoam dapat hancur jangka dikala lebih dari 500 tahun. Di Sayangkan terus banyak restoran ternama yang memakai bahan styrofoam untuk mengemas makanannya.
Dgn adanya kepedulian, perhatian dan kehati-hatian kita pada bahan makanan dan makanan di kurang lebih kita, maka kita tak hanya peduli, perhatian dan hati-hati pada kesehatan kita semata, tetapi juga yaitu upaya kita untuk menjaga lingkungan kita. Dengan menjaga lingkungan dan kesehatan, kita dapat mewariskan kesehatan dan lingkungan yang baik buat generasi kita mendatang.

 Ciri-ciri Makanan yang Tidak Sehat di lebih kurang Kita

 Kita tak jarang menemui berbagai jajanan yang nampaknya enak dan sanggup mengenyangkan perut di lingkungan kita. Namun kita sering sekali tidak memperhatikan bahan-bahan maupun kandungan gizi yang ada terhadap makanan tersebut.
 Padahal bakal jadi seandainya jajanan yang kita mengkonsumsi tersebut mengandung bahan yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil atau zat pengawet.
Bersama Trik turun temurun, sebetulnya penduduk kita sudah terbiasa memanfaatkan beraneka ragam macam macam bahan tambahan alami untuk mengawetkan atau menambah warna pada makanan. Misalnya buat nasi kuning, biasanya dipakai kunyit, sedangkan utk mengawetkan, dipakai garam.
Tapi dalam perkembangannya, bahan alami ini sering digantikan bahan kimia karena lebih murah. dan lebih tidak jarang bahan kimia yang ditambahkan merupakan bahan yang berbahaya, yang harusnya tidak diperlukan buat makanan. Contohnya penggunaan pewarna tekstil pada kue-kue yang dijual pada pasar tradisional sehingga kue-kue kelihatan memiliki warna yang menarik.
Kepada 2010, Kepala Seksi Bimbingan Usaha Perdangan Lembaga Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Yogyakarta menemukan bahwa dari 19 sampel pedagang makanan di di Pasar Tengah Tengah Malam Perayaan Sekaten, Yogyakarta, yang dikirimkan ke Balai Gede Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta, empat diantaranya terbukti mengandung zat berbahaya Rhodamine B (pewarna pakaian) pada arum manis merah, berondong beras, dan kolang- kaling dan formalin (pengawet jenazah) pada mi basah.
 Kasus yg lain, dari hasil penelusuran tim wartawan dari sebuah majalah di Indonesia, ternyata bahan baku pembuat siomay di sekian tidak sedikit ruang di Jakarta bukanlah ikan tenggiri melainkan ikan sapu-sapu yang hidup di muara-muara sungai Jakarta yang sudah tercemar logam berat seperti tembaga.Di Lihat dari sisi harga, ikan sapu-sapu tersebut benar-benar lah lebih murah harganya, namun tetaplah bahan makanan yang berbahaya kalau di mengkonsumsi manusia.
 Sementara itu kasus paling baru yang muncul terhadap banyak media terkait bersama bahan berbahaya dalam bahan makanan atau minuman ialah temuan dari tim IPB yang menyebutkan 13,5% dari 74 susu formula yang diteliti di sekian tidak sedikit pusat perbelanjaan, menunjukkan kandungan bakteri berbahaya E. Sakazakii. Padahal susu formula yang dijual di pusat perbelanjaan sudah lolos dalam kualitas mutu kesehatan.
 Kasus pencemaran di susu formula tersebut dimungkinkan pencemaran berlangsung dikala dalam proses pendistribusian barang atau kurang perhatian dan kehati-hatian para distributor atau retail dalam menonton batas kadaluarsa makanan atau minuman. Pengaturan bahan makanan dan minuman yang dapat dijual di distributor atau retail serasi dgn mutu kesehatan lebih gampang dilakukan, namun bagaimana dengan bahan makanan dan minuman yang dijual di pasar?
 Adanya kasus bahan makanan yang memanfaatkan formalin seperti ikan asin dan ayam potong, membuat kita harus sejak mulai sejak bertindak juga sebagai pembeli yang cerdas. Bahwa sebelum membeli kita harus mengecek bahan makanan atau minuman yang dijual dengan teliti. Kita harus mengerti bahwa ciri-ciri bahan makanan yang berformalin yaitu kenyal, tidak dihinggapi lalat, berbau formalin menyengat dan tahan selagi 3 hari dalam suhu kamar.
Banyaknya kasus-kasus bahan berbahaya dalam makanan kita, maka mestinya kita sudah harus mulai sejak peduli pada bahan makanan atau minuman serta jajanan yang dijual di sekitar kita. Kita serta harus memerhatikan kemasan bahan makanan atau minuman yang dijual, tidak cuma tampak bersih dikarenakan dilapisi plastik atau di tempatkan di wadah yang tertutup dari debu, tetapi pun kita harus mulai memperhatikan bahan yang dikandungnya seperti kasus siomay tadi serta kritis terhadap proses pembuatan dan pengemasan akhirnya.
Contoh tidak sehat dalam proses pembuatan misalnya kepada jajanan gorengan yang memakai minyak goreng berkali-kali terhadap proses menggorengnya, atau penggunaan bahan tekstil buat sosis atau minuman sirup yang biasa dijual di sekitar sekolah-sekolah.
Setelah Itu kepada pengemasannya, misalnya bersama menggunakan styrofoam yang mengandung bahan berbahaya disaat dipanaskan. Tak Cuma berbahaya bagi kesehatan, pula berbahaya bagi lingkungan tentunya karena styrofoam bisa hancur jangka dikala lebih dari 500 th. Sayangnya konsisten tak sedikit restoran terkenal yang menggunakan bahan styrofoam untuk mengemas makanannya.
Bersama adanya kepedulian, perhatian dan kehati-hatian kita terhadap bahan makanan dan makanan di kira kira kita, maka kita tak hanya peduli, perhatian dan hati-hati pada kesehatan kita semata, tetapi juga merupakan upaya kita utk menjaga lingkungan kita. Bersama menjaga lingkungan dan kesehatan, kita mampu mewariskan kesehatan dan lingkungan yang baik buat generasi kita mendatang.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive